Ia lahir di wilayah Turki yang berdekatan dengan Laut Hitam tapi Erdogan dibesarkan di daerah Kasimpasa, Istanbul, sebuah lingkungan yang keras kehidupannya. Tempat para pencopet dan jagoan Istanbul banyak bermukim. Kasimpasa yang tak jauh dari Taksim Square ini telah membentuk dirinya menjadi sosok pemberani dan sangat peduli terhadap rakyat kecil.
Sahabat saya Cagan (berdiri di belakang Erdogan) pernah bercerita bagaimana Erdogan tiba-tiba menyuruh supir dan rombongan kepresidenan untuk berhenti di tepi jalan raya antara bandara militer dengan kota Ankara karena waktu berbuka puasa telah tiba. Beliau baru saja mendarat dari luar kota.
Tanpa diliput wartawan, Presiden Erdogan masuk ke rumah rakyatnya yang miskin untuk ikut berbuka bersama. Pastilah seisi rumah kaget karena kedatangan seorang Presiden, sementara hidangan mereka hanya sepanci kuah sop dan beberapa keping roti.
Untuk menyantapnya, sebelum dimakan, roti-roti itu dicelupkan lebih dahulu ke dalam panci sop yang terletak di atas meja berkaki rendah tak berkursi.
Presiden Erdogan dengan senang hati duduk di atas karpet lusuh. Beliau makan dengan cara yang sama dengan keluarga tuan rumah (suami-istri dan sepasang anak mereka yang masih remaja).
Erdogan lantas mengajak asisten pribadinya yang mendampingi masuk untuk ikut bergabung menikmati iftar bermenu sangat sederhana itu yang cara penyajiannya pun jauh di bawah standar istana. Si Aspri menjawab, "perutku sedang bermasaalah, nanti saja saya berbuka". Erdogan mengangguk tanda mengiyakan.
Sahabat saya Cagan (berdiri di belakang Erdogan) pernah bercerita bagaimana Erdogan tiba-tiba menyuruh supir dan rombongan kepresidenan untuk berhenti di tepi jalan raya antara bandara militer dengan kota Ankara karena waktu berbuka puasa telah tiba. Beliau baru saja mendarat dari luar kota.
Tanpa diliput wartawan, Presiden Erdogan masuk ke rumah rakyatnya yang miskin untuk ikut berbuka bersama. Pastilah seisi rumah kaget karena kedatangan seorang Presiden, sementara hidangan mereka hanya sepanci kuah sop dan beberapa keping roti.
Untuk menyantapnya, sebelum dimakan, roti-roti itu dicelupkan lebih dahulu ke dalam panci sop yang terletak di atas meja berkaki rendah tak berkursi.
Presiden Erdogan dengan senang hati duduk di atas karpet lusuh. Beliau makan dengan cara yang sama dengan keluarga tuan rumah (suami-istri dan sepasang anak mereka yang masih remaja).
Erdogan lantas mengajak asisten pribadinya yang mendampingi masuk untuk ikut bergabung menikmati iftar bermenu sangat sederhana itu yang cara penyajiannya pun jauh di bawah standar istana. Si Aspri menjawab, "perutku sedang bermasaalah, nanti saja saya berbuka". Erdogan mengangguk tanda mengiyakan.
0 Response to "Cerita Kisah Erdogan Dengan Sepotong Roti"
Post a Comment