Keaneka Ragam Kehidupan Beragama `Kelas Menengah` Indonesia Menguat


Kehidupan Beragama Kelas Menengah Indonesia Menguat
Kelas menengah Indonesia memiliki kehidupan beragama yang cenderung konservatif. Hal ini ternyata berpengaruh terhadap pilihan politik mereka.
Perkembangan kehidupan beragama di Indonesia dewasa ini sebagian besar dipengaruhi oleh masyarakat kelas menengah. Mereka memiliki karakter berupa melek politik dan konservatif dalam beragama.

Hal ini dijelaskan oleh Peneliti Senior Netherlands Institute Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV) Leiden, Gerry van Klinken. Menurut dia, populasi kelas menengah Indonesia yang semakin banyak menjadi faktor menguatnya pengaruh tersebut.
"Mereka senang dengan politik dan memiliki kecenderungan beragama yang konservatif," ujar

Gerry dalam diskusi 'Konservatisme dan Pengalaman Beragama Kelas Menengah Indonesia' di Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC), Jakarta, Kamis, 10 Maret 2016.

Gerry mengatakan, persebaran kelas menengah ini tidak hanya di kota-kota besar macam Jakarta dan Surabaya. Masyarakat kelas menengah bahkan telah mendiami sejumlah kota kategori menengah seperti Kupang, Pekalongan, dan cenderung dekat dengan kelompok birokrat.

Masyarakat kelas menengah, kata Gerry, memiliki kecenderungan untuk mewujudkan eksistensi dengan memanfaatkan potensi dari lingkungan sekitar mereka. Beberapa indikator yang terlihat seperti lebih mencintai negara, menolak pasar bebas, mengutamakan putra daerah, dan menguasai jaringan daerah melalui jalur informal.

Meski begitu, Gerry mencatatkan ada dua klasifikasi kelas menengah yang ternyata berpengaruh besar terhadap pandangan politik mereka. Klasifikasi tersebut terbagi menjadi kelas menengah ke atas dan menengah ke bawah.

Kelas menengah ke atas memiliki kecenderungan untuk puas dengan penghasilan yang mereka dapat dan tidak begitu progresif dalam menentukan pilihan politik. Hal berbeda ditemukan pada kelas menengah ke bawah, yang menunjukkan korelasi pendidikan dengan pekerjaan dan penghasilan terhadap pilihan politik mereka.

Hal ini terlihat dari sikap yang ditunjukkan masing-masing kelas. Kelas menengah atas tidak terlalu memaksakan penerapan hukum agama, sementara kelas menengah ke bawah sangat mendukung syariah menjadi hukum negara.

"Walau hal ini tidak berhubungan dengan terorisme, tapi berkorelasi dengan konservatif atau progresifnya sebuah masyarakat," ucap Gerry.
Pandangan serupa disampaikan Ketua Dewan Pakar Koordinator Nasional Forum Komunikasi

Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Sudarnoto Abdul Hakim. Pada forum yang sama, Sudarnoto mengatakan kelas menengah kini menjadi faktor dominan dalam perubahan sosial dan politik.

"Dalam suatu perubahan sosial, di mana masyarakat memegang peranan, maka kelas menengahlah yang paling berperan," kata Sudarnoto.

Sementara Wakil Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Jajang Jahroni yang juga menjadi pembicara mengatakan dukungan terhadap penerapan syariat Islam begitu besar di Indonesia. Tetapi, ada kecenderungan menurun ketika syariat tersebut diperinci seperti pada hukum rajam.

"Masyarakat sekarang semakin menginginkan clean governance, perbaikan infrastruktur. Semakin lama, masyarakat lebih berpikir substantif, bukan lagi berbicara simbol-simbol agama," kata Jajang.

Meski begitu, kata Jajang, konservatisme justru menguat yang tercermin dalam perilaku kesalehan individual. Dia mencontohkan seorang muslim akan sering pergi umrah dan memamerkan melalui media sosial apabila sudah masuk golongan sukses secara finansial.
"Masyarakat semakin senang melakukan kesalehan-kesalehan individual," ucap Jajang.
Hal ini juga sejalan dengan meningkatnya angka pernikahan poligami. Sehingga, kata Jajang, meski saleh, kelas menengah Indonesia juga konsumtif dan narsis.

Sumber : [dream.co.id]

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Keaneka Ragam Kehidupan Beragama `Kelas Menengah` Indonesia Menguat"

Post a Comment